Archive for November 2013
Latest Updates

Antibiotik


Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotik dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

Antibiotik oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotik intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep. Sejarah singkat penemuan antibiotik modern
Penemuan antibiotik terjadi secara 'tidak sengaja' ketika Alexander Fleming, pada tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang 'bersih' dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicillium chrysogenum syn. P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembab beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang itu terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui menemukan antibiotik alami pertama: penicillin G.
Penemuan efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui oleh peneliti-peneliti dari Institut Pasteur di Perancis pada akhir abad ke-19 namun hasilnya tidak diakui oleh lembaganya sendiri dan tidak dipublikasi. Macam-macam antibiotik
Antibiotik dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotik dilihat dari sasaran kerja (targetnya)(nama contoh diberikan menurut ejaan Inggris karena belum semua nama diindonesiakan atau diragukan pengindonesiaannya):
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomycin, tunicamycin; dan
Penggunaan antibiotik
Karena biasanya antibiotik bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang 'kebal' terhadap antibiotik. Itulah sebabnya, pemberian antibiotik biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotik yang 'tanggung' hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang 'kebal'.
Pemakaian antibiotik di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotik ini dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotik. 

Analgesik


Ketika saya sedang surfing di internet untuk membaca berita online, saya tertarik dengan sebuah artikel yang yang dimuat di republika online, artikel ini mengenai analgesik. dimana analgesik sangat dekat dengan ilmu kedokteran apa lagi kedokteran gigi, wah bayangkan kalau tidak ditemukan analgesik sampai sekarang mungkin kita harus menanggung rasa sakit yang sangat hebat apabila kita perlu pengobatan yang memerlukan tindakan bedah atau semacamnya. Nah apakah analgesik itu??

Analgesik adalah golongan obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri seperti nyeri kepala, gigi, dan sendi. Obat golongan analgesik umumnya juga mempunyai efek antipiretik, yakni mampu menurunkan suhu tubuh, sehingga biasa disebut obat golongan analgesik-antiperitik, seperti aspirin, parasetamol, dan antalgin.

Analgesik-antiperitik biasanya digunakan untuk mengobati penyakit dengan gejala demam (suhu tubuh meningkat) dan nyeri, seperti influenza dan salesma. Karena mempunyai efek samping yang ringan, obat golongan analgesik-antiperitik dijual bebas di pasaran.

Obat golongan ini mampu menurunkan panas (antiperitik) karena menormalkan pusat pengatur suhu yang terletak di batang otak. Selain itu mampu melebarkan pembuluh darah kulit dan memperbanyak keringat sehingga semakin banyak panas yang dibuang. Selain bekerja di susunan syaraf pusat, analgesik-antiperitik dapat mencegah pembentukan prostaglandin, yakni zat yang menimbulkan rasa nyeri dan panas.

Analgesik-antiperitik terdiri dari empat golongan, yakni salisilat, asetaminofen, piralozon, dan golongan asam (asam-mefenamat). Salisilat di pasaran dikenal sebagai aspirin. Dalam dosis tinggi, aspirin mempunyai khasiat antiradang sehingga sering digunakan untuk mengobati radang sendi (rematik). 

Obat ini juga bersifat mengurangi daya ikat sel-sel pembeku darah sehingga penting untuk segera diberikan pada penderita angina (serangan jantung), untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah jantung karena penggumpalan/pembekuan darah. Aspirin dapat menimbulkan nyeri dan perdarahan lambung, karena itu sebaiknya dikonsumsi setelah makan. Dosis yang berlebihan dapat menyebabkan telinga berdenging, tuli, penglihatan kabur, bahkan kematian.

Asetaminofen di pasaran dikenal sebagai parasetamol. Obat ini mempunyai khasiat antiradang yang jauh lebih lemah dari aspirin sehingga tidak bisa digunakan untuk mengobati rematik. Asetaminofen tidak merangsang lambung sehingga dapat digunakan oleh penderita sakit lambung.

Sementara piralozon, antara lain antalgin, neuralgin, dan novalgin, amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Piralozon dapat menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangya darah putih), karena itu dilarang dijual bebas di Indonesia.

Nyeri gigi dapat menyebabkan disfungsi ereksi.


Siapa sih yang sudi sakit gigi? Meski lagu bertajuk Lebih Baik Sakit Gigi yang dilantunkan Meggy Z. pernah menjadi hit, benarkah orang punya penilaian sama seperti syair lagu tersebut--daripada sakit hati lebih baik sakit gigi? Maklum, sakit gigi identik dengan nyeri tak berkesudahan disertai rasa pening dan sakit di sekujur tubuh. Bila gigi terasa nyeri, jangankan bekerja, hubungan seksual yang nikmat bagi hampir seluruh umat manusia pun akan ditinggalkan. 


Hal ini benar-benar terjadi di Makassar dan mungkin di seluruh dunia. Drg Hasanuddin Thahir, SpPerio dari Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, berulang kali menerima keluhan ini. Para lelaki yang datang ke tempat prakteknya mengungkapkan "dingin"-nya ranjang mereka akibat nyeri gigi yang amat menyakitkan. 


"Bila sakit gigi menerpa mereka selama satu pekan, selama itu pula mereka tak menyentuh istri. Kata mereka, boro-boro berhubungan seksual, nyeri gigi ini mengganggu seluruh aktivitas keseharian," ujar Thahir kepada wartawan di sela-sela Kongres Dokter Gigi Asia Pasifik (APDC) ke-29 di Jakarta akhir April lalu. 


Nyeri gigi ini, kata Thahir, terutama diakibatkan oleh caries gigi dan penyakit periodontal yang prevalensinya sangat tinggi di Indonesia. Rasa sakit di daerah tertentu, seperti pada gigi, rupanya mempengaruhi interaksi antara faktor psikoneuroendokrin dan faktor vaskular yang menyebabkan disfungsi ereksi. 


Tertarik dengan kondisi ini, Thahir mewakili Bagian Periodontologi Fakultas Kedokteran Gigi bekerja sama dengan Wardihan Sinrang dari Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran--keduanya dari Universitas Hasanudin--melakukan penelitian terhadap pengaruh nyeri gigi terhadap disfungsi ereksi pada penderita nyeri gigi. Hasil penelitian ini dipresentasikan dalam kongres tersebut. 


Sebanyak 35 orang berusia 35-55 tahun ikut berpartisipasi dalam penelitian yang digelar akhir 2006 ini. Partisipan yang diambil adalah orang berusia di atas 35 tahun. Menurut kedua peneliti tersebut, ini karena pada pria di bawah 35 tahun, meski mengalami nyeri pada gigi, derita itu tak mengurangi gairah seks mereka. 


Para partisipan, kata Thahir, didiagnosis mengidap pulpitis akut atau nyeri akibat gigi berlubang yang amat sangat (10 orang), pulpitis kronis (7 orang), periodontitis akut atau radang antara gusi dan gigi yang amat sangat (6 orang), serta hyperaemia pulpa atau ngilu gigi (6 orang). Semua partisipan memiliki keluhan rasa nyeri pada gigi paling sedikit selama seminggu dan selanjutnya dievaluasi setelah dilakukan perawatan. 


Data diambil berdasarkan wawancara dan secara tertulis. Yang menarik, seorang responden terpaksa dicoret karena meski nyeri gigi, ia tetap melakukan hubungan seksual dengan wanita selingkuhannya. "Kami memang membatasi para partisipan pada pria beristri dan tak memiliki wanita idaman lain," ujar Thahir sembari tersenyum lebar. 


Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyeri gigi pada pulpitis akut, periodontitis akut, dan hyperaemia pulpa (hipersensitif dentin) menyebabkan disfungsi ereksi. Nyeri gigi ini mempengaruhi rangsangan seksual sehingga frekuensi hubungan seksual secara nyata menjadi berkurang. Bahkan pada kasus pulpitis akut dan periodontitis akut, hubungan seksual pada minggu pertama dan kedua berkurang 90-97 persen. Sedangkan nyeri gigi pada periodontitis kronis dan pulpitis kronis tidak berpengaruh secara signifikan. 


Di samping itu, pada penderita periodontal abses, meskipun dapat melakukan hubungan seksual, aktivitas ciuman dalam hubungan seksual menurun secara nyata. "Tak bisa mencium pasangan Anda berarti menurunkan kadar keintiman," dia menandaskan. Ia menyimpulkan nyeri yang ditimbulkan oleh penyakit gigi dan periodontal dapat mempengaruhi kehidupan seksual. "Akibatnya tentu sangat buruk. Selama satu pekan itu, kualitas hidup seseorang memburuk secara signifikan," ia menegaskan. 


Disfungsi ereksi pada kasus nyeri gigi, menurut Thahir dan Wardihan, diduga terjadi akibat penghambatan atau penekanan pada saraf parasimpatis sehingga tidak mampu melepaskan pengantar saraf pada otot polos korpus kavernosum, yang selanjutnya menyebabkan dilatasi pembuluh darah perifer. 


Selain itu, otak di daerah thalamus dan hypothalamus sudah penuh dengan sensasi nyeri sehingga daerah tersebut tidak mampu mempersepsi sensasi seksual yang diterima, baik melalui rangsang rabaan, visual, atau imajinasi, sehingga sensasi tersebut tidak dapat diteruskan ke serabut saraf desenden menuju pusat ereksi di daerah segmen torakolumbal atau penis. Untuk itu, jagalah kesehatan mulut dan gigi Anda dengan baik. Bila diabaikan, ranjang Anda mungkin akan sedingin puncak Jayawijaya! SITA PLANASARI A 

(Dikutip dari Koran tempo)

Kelainan / Penyakit Jaringan Lunak Mulut Anak


kelainan pada mulut bisa terjadi kepada siapa saja tidak mengenal usia maupun umur, berikut garis besar yang saya bisa ambil mengenai penyakit jaringan lunak pada mulut anak.


Jaringan Periodontal :
 Gingiva
 Sementum
 Ligamentum Periodontal
 Tulang Alveolar

Pada Anak-anak 
Jaringan gingiva tepi mengandung : 
 Pembuluh darah yang banyak
 Jaringan fiber yang sedikit
Epitel
Tingkat keratinisasi lebih sedikit  Gingiva lebih merah.
Ligamentum periodontal
Kurang fibrous (jaringan Fiber) dan pembuluh darah banyak
Ruang ligamentum periodontal lebih luas  sementum dan tulang alveolar lebih tipis.
Tulang alveolar
“Marrow Space” lebih luas, vaskularisasi banyak dan trabekula sedikit 
bila kena infeksi, progresivitas penyakit periodontal meningkat.


Penyakit Periodontal
Penyakit Periodontal yang paling serimg terjadi pada anak-anak dan remaja adalah : gingivitis
Gambaran klinis :
1. Radang pada bagian marginal gingiva
2. Hilangnya stippling
3. Pembesaran gingiva
4. Adanya perdarahan secara spontan atau karena rangsangan.
Pembagian penyakit periodontal
Pubertas gingivitis 
Definisi : Radang pada gusi yang disebabkan adanya perubahan hormonal pada remaja.
Klinis : - Pembesaran interdental papil
- Mudah berdarah

Penyebab : faktor lokal dan gangguan keseimbangan hormonal sering terjadi pada bagian anterior gigi dan biasanya pada anak-anak usia 11-14 tahun.

Terapi : 
1. Menghilangkan faktor lokal
2. peningkatan OH
3. restorasi karies yang mengiritasi
4. bila tidak ada faktor lokal dapat dilakukan tindakan bedah 

Faktor faktor yang memperburuk :
Penggunaan alat orthodonsi (plat yang menekan dan alat cekat yang bisa menyebabkan penimbunan plak).

Pencegahan : Peningkatan OH (Oral Hygiene)
Kontrol secara teratur

Eruption Gingivitis 
Definisi : Keradangan gusi yang disebabkan adanya proses erupsi gigi pada anak –anak.
Ini berkaitan dengan kesulitan erupsi yang menyebabkan adanya pengumpulan plak.
Klinis : - keradangan sekitar gigi yang akan erupsi
- rasa sakit 
- sering terjadi pada anak 6-7 tahun.
Penyebab : - kesulitan erupsi gigi permanen karena posisi
- Faktor lokal
- Debris, plak
Terapi :  Ringan : Peningkatan OH. (Oral Hygiene)
 Berat : Antibiotik.


Pericoronitis
Definisi : Keradangan yang terjadi dimana operculum menghalangi erupsi gigi.
Proses akut disebabkan : 
 Sisa makanan
 Trauma
Klinis : - Sakit, operculum membesar
- Pergerakan rahang terbatas
- Bau nafas tak sedap karena OH jelek
Terapi : - Pemberian obat –obatan untuk menghilangkan radang
- Pencabutan gigi bila tidak berfungsi untuk menghindari kekambuhan.
- Perawatan paliatif : Irigasi, Membebaskan oklusi, Kumur-kumur.


ANUG (Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis)
Definisi : * Infeksi akut pada gingiva yang disebabkan oleh bakteri borrelia vincentii.
* Bakteri Gram (-), anaerob = Porphyromonas Gingivalis, Veillonella sp, Selonomonas sp. (Hasman & Murray dalam Welbury, 2001)
Klinis : - Terjadi pada anak usia 6-12 tahun
- Radang pada gusi
- Sakit
- Perdarahan pada gusi
- Nafas tidak sedap karena adanya akumulasi plak dan jaringan nekrotik
- Demam 
- Pembengkakan pada interdental dan adanya pseudomembran pada marginal gingiva.

Terapi : Lokal - Pengambilan jaringan nekrotik
- Peningkatan OH
- Irigasi dan kumur dengan chlorhexidine
Sistemik - Pemberian antibiotik


Localized Juvenile Periodontitis
Definisi : Gangguan respon jaringan periodontal terhadap bakteri tertentu pada sulkus gingiva. (actinobacillus actinomycotans)
Klinis : - Bone Loss sekitar I dan M permanen
- Infeksi pada sulkus gingiva 
- Terjadi perdarahan (probing)

Terapi :
a. Khemoterapi : - pemberian antibiotik dalam jangka waktu yang lama, 
diikuti dengan pemeriksaan lab, untuk melihat kuman yang ada.
b. Mekhanoterapi : - Scalling, kurretase
- Periodontal surgery
- Pencabutan gigi
- Perawatan ortho.
Diperlukan kontrol secara teratur untuk mencegah kekambuhan.

Manifestasi Oral Veneral Desease
Hanya terlihat pada remaja yang terkena penyakit karena hubungan seksual
Terapi : antibiotik untuk menghilangkan sumber penyakit.



Mouth Breathing
- Kebiasaan bernafas melalui mulut
- Perlu identifikasi penyebab  -Kebiasaan
-Kelainan 
- Klinis : radang gusi pada bagian anterior.
- Terapi : 
1.Perlu penanganan orthodontis dan THT bila penyebabnya gangguan pernafasan
2.Pemberian Lubricant atau penggunaan oral screen pada waktu tidur.
3.Peningkatan OH untuk menghilangkan plak.

Menurut Mc.Donald R.

1. Simple Gingivitis 
a. Gingivitis Erupsi.
b. Gingivitis karena OH jelek.
c. Alergi.

2. Acute Gingival Desease
a. Infeksi herpes simpleks
b. recurent apthous ulcer
c. ANUG
d. Candidiasis akut
e. Infeksi bakteri akut

3. Pembesaran Gingiva
a. Puberty Gingivitis
b. PIGO ( Phenytoin Induce Gingival Overgrowth)


4. Scorbuting Gingivitis
- Berkaitan dengan kekurangan vitamin C.
- Terbatas pada marginal dan papila
- perdarahan pada gusi 
- Terapi : Pemberian Vitamin C
5. a. Prapubertal Periodontitis
b. Juvenil Periodontitis

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya plak 
1. Erupsi Gigi
2. Maloklusi
3. Karies
4. Restorasi Gigi
5. Penggunaan alat Ortho.


Macam macam kelainan pada lidah.
1. Magroglosia 
- Ukuran lidah lebih besar dari normal, biasanya kongenital.
- Sebab lain oleh karena alergi, trauma dan ini bersifat sementara.
- Sering pada anak kretinisme dan anak-anak pada type mongol.
- Pada keadaan ini biasanya pertumbuhan tulang rahang terganggu  terjadi kelainan klass III.
- Perawatan : Tergantung etiologi.

2. Ancyloglosia
- Frenulum Lingua Pendek, antara ujung lidah dan dasar mulut  akan terjadi gangguan gerakan dan bicara.



3. Fissure Tongue
- Jarang terdapat pada anak.
- Ada pada pasien kretinisme dan mongol
- Terdapat pada dorsum lidah, simetris memanjang.
- menurut robinson hal ini terjadi oleh karena defisiensi Vit. B Compleks.
- Permukaan lidah tidak licin  sering timbul inflamasi.
4. Coated Tongue
- Adanya lapisan putih tipis oleh karena ada sisa makanan dan mikroorganisme.
- Bisa oleh karena faktor lokal dan sistemik tapi kebanyakan faktor lokal.
- Terdapat epithel yang keratinisasi
- Terdapat debris, mikroorganisme oleh karena aliran ludah berkurang.
- Penyebab sistemik  oleh karena demam.
5. White Hairy Tongue
- Terjadi pembesaran papilla filiformis dan adanya desquamasi papilla filiformis.
Misalnya : Pada Px. Yang mengalami demam, apabila demam menurun penyakit sembuh dengan sendirinya.
6. Black Hairy Tongue
- Pemanjangan papilla filiformis pada 1/3 panjang lidah
- Jarang terjadi pada anak-anak.
- Pada remaja sering terjadi oleh karena pemakaian antibiotik secara sistemik.
- Bersifat asimtomatik (sembuh dengan sendirinya).

7. Geographic Tongue (mirip fissure tongue)
- Sering dijumpai 
- Etiologi : tidak diketahui
- Menurut BURKET oleh karena infeksi fungi dan bakteri 
- Lapisan keratin papilla mengalami desquamasi dan inflamasi dari korium.
- Terjadi pewarnaan merah halus dan dibatasi oleh papilla filiformis pada dorsum lidah.


8. Crenation
- Adanya berkas/tanda pada lidah oleh gigi-gigi sebelah lingual dan mandibula.
Misalnya : Karena tekanan dari makroglosia, kekurangan vit.B kompleks oleh karena tekanan otot yang kurang.
- Pemeriksaan Pada Mukosa :
- adanya luka
- Perubahan warna
- Konsistensi
- Apakah ada inflamasi.
- Normal : Muka dan gingiva, bukal dan lingual warnanya merah muda.
- Pada gingiva dilihat :
- Warna, Ukuran, Bentuk, Konsistensi dan stabilitas kapiler.
- Warna gingiva biasanya merah muda.
- Perubahan warna biasa terjadi pada inflamasi, gigi yang mau erupsi.
- Kelainan pada gigi dapat ditinjau dari :
- Jumlah, bentuk, warna, struktur dan erupsinya.



Text book yang dipakai :
1. Mc. Donald, R.E. and Every, D.R., 1994, Dentistry for the child and
adolescent, 6 th ED, Mosby Year Book Inc, St. Louis.
2. Finn, S.B., 2003, Clinical Pedodontics, 4th Ed, W.B Saunders. Co.,
Philadelphia.
3. Welbury,R.R.,2001 Paediatric Dentistry,2nd ED., Oxford University Press, 
New york.

Vitamin C, Sebaiknya Bukan Suplemen!


Segelas jus jeruk setiap sarapan pagi dan beberapa iris tomat dengan roti setiap makan siang, diperkirakan akan menurunkan risiko stroke. Demikian laporan para peneliti dari Jepang belum lama ini. Kenapa pula, vitamin C, jangan berasal dari suplemen...
Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 20 tahun, mereka mengukur kadar vitamin C dalam darah dari sekitar 21 ribu partisipan (penduduk Jepang) berusia 40 tahun-an. Disebutkan bahwa mereka yang lebih banyak makan buah dan sayuran memiliki kadar vitamin C tertinggi di dalam darahnya. Dan risiko terkena strokenya 28% sampai 41% lebih rendah dibanding mereka yang kandungan vitamin C di dalam darahnya lebih rendah. 
Kadar vit C yang kuat berkaitan erat dengan penurunan risiko kejadian gangguan di otak serta stroke. Demikian Dr. Tetsuji Yokoyama dari Tokyo Medical and Dental University, Japan. 
Yokoyama dan koleganya juga menjelaskan bahwa vit C, yang banyak dikandung pada buah dan sayuran, itu merupakan antioksidan. Nutrisi ini bisa menetralisir radikal bebas, yaitu senyawa yang bisa merusak sel DNA dan menyebabkan penuaan dini, serta berbagai penyakit kronis. Antioxidan diduga bisa melindungi penumpukan lemak pada pembuluh darah, yang memicu terjadinya sejenis stroke yang disebut cerebral infarction. 
Nah, kadar vit C yang tinggi di dalam darah ini diyakini para peneliti tersebut bisa menurunkan risiko tipe stroke yang terjadi karena kerusakan pembuluh darah di otak. Karena itu asupan buah dan sayuran yang tinggi diharapkan bisa menurunkan tekanan darah atau bisa menurunkan risiko pemicu terjadinya stroke. Demikian hasil penelitian yang juga dipublikasikan dalam Journal of the American Heart Association, beberapa waktu lalu. 
Walaupun mereka masih belum yakin bagaimana mekanisme yang terjadi. Yang pasti, kata mereka. Buah dan sayuran sangat tinggi kandungan nutrisinya, seperti vit C, magnesium, kalsium, serat, dan karoten. "Semua nutrisi tersebut diduga bisa menurunkan risiko kanker," ujar Yokoyama. 
Biar afdol, konsumsi vit C tersebut juga harus diikuti dengan gaya hidup sehat. "Tidak merokok, olahraga teratur, tidak minum alkohol. Masalahnya rokok dan alkohol bisa mempengaruhi penyerapan dan metabolisme vit C di dalam tubuh," tambahnya. 
Yokoyama juga wanti-wanti agar vit C yang dimakan sebaiknya berasal dari makanan segar, bukan suplemen. (sdj)

Manfaat 6 Gelas Air Putih


Manfaat air putih sangatlah banyak, beberapa penelitian sangat menganjurkan untuk meminum minimal 6 gelas air putih setiap hari. ada apa dengan 6 gelas air putih? 
6 GELAS AIR PUTIH
Tuhan telah memberi kita air yang banyak dan gratis. Tanpa mengeluarkan uang untuk obat-obatan, tablet, suntikan, diagnosa, upah dokter, dll. Hanya minum air minum, penyakit di bawah ini bisa disembuhkan. Anda tak akan percaya sebelum melakukannya. Di bawah ini daftar penyakit yang dapat disembuhkan oleh terapi ini:
- Sakit Kepala - Asma
- Hosthortobics
- Darah Tinggi - Bronchitis
- Kencing Manis
- Kurang Darah - TBC Paru-paru
- Penyakit Mata
- Rematik - Radang Otak
- Pendarahan di Maata & Mata Merah
- Lumpuh - Batu Ginjal
- Haid Tidak Teratur
- Kegemukan - Penyakit Saluran Kencing
- Leukimia
- Radang/ Sakit Persendian - Kelebihan Asam Urat
- Kanker Peranakan
- Radang Selaput Lendir - Mencret
- Kanker Payudara
- Gangguan Jantung - Disentri
- Radang Tenggorokan
- Mabuk, Pusing, Gamang - Ambeien
- Sembelit
- Batuk


Bagaimana Air Minum Itu Bekerja ?

Meminum air minum biasa dengan metode yang benar, memurnikan tubuh manusia. Hal itu membuat usus besar bekerja dengan lebih efektif dengan cara membentuk darah baru, dalam istilah medis dikenal sebagai aematopaises.

Bahwa mucousal fold pada usus besar dan usus kecil diaktifkan oleh metode ini, merupakan fakta tak terbantah, seperti teori yang menyatakan bahwa darah segar baru diproduksi oleh mucousal fold ini.

Bila usus bersih, maka gizi makanan yang dimakan beberapakali dalam sehari akan diserap dan dengan kerja mucousal fold, gizi makanan itu diubah menjadi darah baru. Darah merupakan hal paling penting dalam menyembuhkan penyakit dan memelihara kesehatan, dan karena itu air hendaknya dikonsumsi dengan teratur.


Bagaimana Melakukan Terapi Air ini ?

1. Pagi hari ketika anda baru bangun tidur (bahkan tanpa gosok gigi terlebih dahulu) minumlah 1.5 liter air, yaitu 5 sampai 6 gelas. Lebih baik airnya ditakar dahulu sebanyak 1.5 liter. Ketahuilah bahwa nenek moyang kami menamakan terapi ini sebagai "usha paana chikitsa". Setelah itu anda boleh mencuci muka.
2. Hal sangat penting untuk diketahui bahwa jangan minum atau makan apapun satu jam sebelum dan sesudah minum 1.5 liter air ini.
3. Juga telah diteliti dengan seksama bahwa tidak boleh minum minuman beralkohol pada malam sebelumnya.
4. Bila perlu, gunakanlah air rebus atau air yang sudah disaring.


Apakah Mungkin Minum 1.5 Liter Air Sekaligus ?

Untuk permulaan, mungkin akan terasa sulit meminum 1.5 liter air sekaligus, tapi lambat laun akan terbiasa juga. Mula-mula, ketika latihan, anda boleh minum 4 gelas dulu dan sisanya yang 2 gelas diminum dua menit kemudian. Awalnya anda akan buang air kecil 2 sampai 3 kali dalam satu jam, tapi setelah beberapa lama, akan normal kembali. Menurut penelitian dan pengalaman, penyakit-penyakit berikut diketahui dapat disembuhkan dengan terapi ini dalam waktu seperti tertulis di bawah ini :

- Sembelit - 1 Hari - TBC Paru-Paru - 3 Bulan
- Kencing Manis - 7 Hari
- Asam Urat - 2 Hari - Tekanan Darah - 4 Minggu
- Kanker - 4 Minggu


Catatan :

Disarankan agar penderita radang/ sakit persendian dan rematik melaksanakan terapi ini tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan malam satu jam sebelum makan-selama satu minggu, setelah itu dua kali sehari sampai penyakitnya sembuh.

Kami mohon dengan sangat, metode di atas dibaca dan dipraktekkan dengan seksama. Sebar luaskanlah pesan ini kepada teman-teman, sanak saudara, dan tetangga - karena hal ini merupakan persembahan pada kemanusiaan.

Dengan rahmat Tuhan, setiap orang hendaknya menjalani hidup sehat.

"BILAMANA ANDA BERPARTISIPASI DALAM PENEBARAN INFORMASI INI ANDA BAGAIKAN SEORANG DOKTER YANG TELAH MENYEMBUHKAN BERIBU-RIBU BAHKAN BERJUTA-JUTA MANUSIA"

Sumber :
Prof S Periasamy DIM & D ACC - Bohiraj Vedante Maharish Charity, Kantha Health And Research Centre Karur 639006, TN India

Bolehkah Anak Menggunakan Obat Kumur?


Anak tidak perlu menggunakan obat kumur.
pertama karena bahaya tertelan, kedua karena obat kumur mengacaukan keseimbangan alamiah di dalam rongga mulut. Bakteri baik maupun bakteri jahat secara alamiah berada dalam keadaan seimbang di dalam rongga mulut. pemakaian antiseptik kumur tanpa tujuan tertentu (indikasi) justru bisa menyebabkan bakteri baik mati dan bakteri jahat berkembang biak dengan pesat, sehingga akan terjadi kelainan di dalam rongga mulut.
Apalagi umumnya obat kumur mempunyai kadar alkohol yang tinggi dimana dapat menambah keringnya rongga mulut.
Oleh karena itu, pemakaian obat kumur pada anak sangat tidak dianjurkan tanpa petunjuk khusus dari dokter gigi untuk tujuan pengobatan tertentu.
Maka sebagai orang tua yang lebih mengerti sebaiknya konsultasikan masalah anak anda sebelum melakukan tindakan kepada dokter anda.

Pencabutan Gigi Molar Ketiga



Ortodonti adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan faktor variasi genetik, pertumbuhkembangan dan bentuk wajah serta cara faktor tersebut mempengaruhi oklusi gigi dan fungsi organ di sekitarnya.. Sebagian besar perawatan ortodonti dilakukan selama periode pertumbuhan, yaitu antara usia 10 sampai dengan 15 tahun. Oklusi dan posisi dari gigi ditentukan selama periode pertumbuhan itu dan perubahan sesudah pertumbuhan yang terjadi umumnya relatif kecil..

Tujuan perawatan ortodonti adalah untuk memperoleh dan mempertahankan keadaan normal dan aktivitas fisiologik yang sebenarnya dari gigi, jaringan lunak mulut dan otot muka dan pengunyahan, dengan maksud untuk menjamin sejauh mungkin perkembangan dan fungsi dentofasial yang optimum. Memenuhi tujuan tersebut diperlukan suatu diagnosa yang tepat, rencana perawatan yang matang dan teknik perawatan yang disesuaikan dengan keperluan, dengan menggunakan peranti, baik peranti tetap maupun peranti lepasan.

Perawatan ortodonti pada waktu dulu hanya ditekankan pada segi kuratif saja. Dewasa ini, seiring dengan kemajuan ilmu kedokteran gigi, ilmu ortodonti modern lebih mengutamakan segi prefentif. Dalam ilmu ortodonti preventif terdapat suatu filosofi yang mengatakan bahwa mencegah terjadinya maloklusi marupakan suatu pilihan yang sangat bijaksana bila dibandingkan dengan melakukan perawatan ortodonti setelah terjadi maloklusi..

Strang and Thompson mengatakan maloklusi adalah ketidakwajaran dari oklusi normal gigi. Salah satu maloklusi yang paling sering terjadi adalah gigi berdesakan. Bentuk maloklusi yang perlu diwaspadai salah satunya adalah timbulnya gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah pada akhir masa pertumbuhan. Hasil penelitian mengenai maloklusi gigi, kelainan gigi berdesakan menunjukkan angka yang tertinggi dibandingkan dengan anomali posisi gigi yang lain. Keadaan ini dapat terjadi pada orang yang pada mulanya mempunyai lengkung gigi yang baik ataupun yang pasien yang telah selesai menjalani perawatan ortodonti..

Masalah timbulnya gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah pada akhir masa pertumbuhan ini telah menjadi bahan perdebatan di kalangan ahli ortodonti. Beberapa literatur menyebutkan bahwa timbulnya gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah pada akhir masa pertumbuhan dapat disebabkan karena pengaruh gigi molah ketiga bawah, selain itu gigi molar ketiga bawah juga diperkirakan sebagai penyebab terjadinya relaps pada pasien yang telah selesai menjalani perawatan ortodonti, tetapi belum didapatkan hubungan yang jelas antara timbulnya gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah dengan gigi molar ketiga bawah, sampai kemudian Bjork dan Skieller menemukan fakta bahwa gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah berhubungan dengan erupsi gigi molar ketiga bawah.

Para ahli menduga terjadinya relaps gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah dan juga terjadinya gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah pada akhir masa pertumbuhan, adalah disebabkan karena adanya gigi molar ketiga. Hal ini didasarkan kepada konsep awal dari perawatan ortodonti, yaitu hanya memperhatikan 28 gigi permanen yang beroklusi tanpa mempertimbangkan adanya gigi molar ketiga..

Schwartze mengusulkan suatu tindakan pencabutan gigi molar ketiga bawah untuk mencegah timbulnya gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah. Pencabutan gigi molar ketiga bawah dapat dilakukan setelah atau selama perawatan ortodonti jika menghalangi pergerakan gigi ke arah distal atau mengganggu retensi gigi setelah perawatan ortodonti selesai, meskipun demikian ahli ortodonti banyak yang mengesampingkan masalah ini, dengan anggapan bahwa gigi molar ketiga hanya merupakan salah satu di antara banyak faktor penyebab terjadinya keadaan gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah.

Penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut masalah pencabutan gigi molar ketiga bawah dalam bidang ortodonti khususnya untuk mencegah terjadinya gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah karena alasan yang telah disebutkan di atas.

Penulis berharap melalui tulisan ini dapat dipelajari tentang pencabutan gigi molar ketiga bawah untuk mencegah gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah, serta dapat menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang ortodonti tentang masalah pencabutan gigi molar ketiga bawah khususnya untuk mencegah terjadinya gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah.

Pertumbuhkembangan Gigi Molar Ketiga Bawah

Gigi molar ketiga bawah sangat menarik sebagai bagian dari perkembangan manusia karena mempunyai variasi morfologi yang luas dan frekuensi kegagalan pembentukannya untuk berkembang secara lengkap satu atau lebih gigi molar ketiga yang tinggi..

Rata-rata gigi molar ketiga bawah mengalami kalsifikasi pada usia 9 tahun dan erupsi penuh pada usia 20 tahun. Proses pembentukan akar sempurna terjadi pada usia 22 tahun. Dengan keluarnya gigi molar ketiga, maka selesailah proses erupsi aktif gigi tetap.

Puncak tonjol mesial dan distal dari gigi molar ketiga bawah dapat diidentifikasi pada usia kurang dari 8 tahun. Kalsifikasi enamel lengkap terjadi pada usia 12 sampai 16 tahun. Erupsi terjadi antara usia 15 sampai 21 tahun atau lebih dan akar terbentuk lengkap antara usia 18 sampai 25 tahun

Peneliti lain mengatakan justru batas tertua pembentukan awal yang paling penting, karena rata-rata pasien siap untuk menerima perawatan ortodonti pada usia 12 tahun dan ini biasanya atas pertimbangan dari usia optimum untuk kebanyakan perawatan maloklusi. Penting kiranya untuk mengetahui kapan gigi molar ketiga bawah mulain berkembang sebelum menyatakan dimulainya rencana perawatan.

Gigi Berdesakan Anterior Rahang Bawah

Gigi berdesakan atau crowding secara umum dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal rahang yang kecil atau kombinasi dari gigi yang lebar dan rahang yang kecil. Howe dalam penelitiannya menemukan bahwa pada kasus dengan gigi berdesakan mempunyai lengkung gigi yang lebih kecil, daripada kasus tanpa atau sedikit gigi berdesakan.

Usia dimana gigi bertambah berdesakan adalah antara usia 13-14 tahun, dan kemudian mungkin akan berkurang. Hunter and Smith menemukan bahwa berdesakannya gigi terbanyak ditemukan pada usia 9 tahun, sedangkan peneliti lain menemukannya pada usia 12-13 tahun. Peneliti menghubungkan timbulnya masalah ini dengan adanya perubahan pada individu selama proses perkembangan. Keadaan gigi berdesakan pada akhir masa pertumbuhan dapat terjadi pada individu yang pada mulanya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan keadaan ini akan bertambah parah jika sejak awal usia pertumbuhan keadaan giginya telah berdesakan.

Van der Linden menklasifikasikan gigi berdesakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
1. gigi berdesakan primer. Penyebab hal ini adalah perbedaan ukuran gigi dan ukuran rahang, terutama dikendalikan oleh faktor genetik,
2. gigi berdesakan sekunder. Penyebabnya adalah faktor lingkungan, menurut Barber faktor lingkungan yang dianggap berpengaruh terhadap berdesakannya gigi adalah tekanan otot yang abnormal, penyimpangan arah erupsi gigi, kekuatan oklusal karena migrasi gigi ke mesial, dan kehilangan panjang lengkung gigi karena karies,
3. gigi berdesakan tersier. Berkembang pada pertengahan atau akhir usia remaja, yang menunjukkan gigi yang terlambat berdesakan dimana sebelumnya gigi tersebut tidak mengalami gigi berdesakan atau adanya relaps dari gigi berdesakan beberapa tahun setelah alat retensi dilepas.

Gigi berdesakan tersier sering diistilahkan lain, seperti postpubertal crowding, late lower arch crowding, atau crowding postretention. Peneliti lain mengklasifikasikannya dalam gigi berdesakan sekunder. Gigi molar ketiga banyak diduga sebagai penyebab dari gigi berdesakan tersier, karena terjadinya gigi berdesakan ini bersamaan waktunya dengan erupsi gigi molar ketiga.

Pencabutan Molar Ketiga Bawah

Oklusi fungsional yang normal serta keseimbangan dengan struktur pendukung dan otot sekitarnya kadang-kadang menuntut pengurangan satu gigi atau lebih. Pemilihan gigi untuk dicabut pada perawatan ortodonti tergantung pada kondisi klinis lokal, termasuk besarnya perbedaan (discrepancy) antara lengkung gigi dan lengkung basal tulang rahang, profil wajah, kesehatan umum pasien, umur erupsi, posisi gigi, derajat kemiringan dentoalveolar, usia pasien dan keadaan susunan gigi sebagai suatu keseluruhan yang berhubungan dengan basis kranii. Hal lain seperti bentuk gigi, ukuran gigi, derajat kemiringan, tambahan, ketinggian tonjol lingual dan lain sebagainya juga perlu dipertimbangkan.

Ukuran gigi dan ukuran lengkung rahang banyak dipengaruhi oleh sifat genetik seseorang. Ukuran lengkung gigi mempunyai pengaruh terhadap besarnya ukuran tulang basal dan fungsi otot mulut. Ukuran gigi yang terlalu besar dibanding ukuran lengkung rahang, akan menimbulkan kedaan gigi berdesakan, untuk itu perlu dilakukan pengurangan ukuran gigi dengan cara pencabutan terhadap gigi tertentu. Sebelum dilakukan pencabutan gigi, terlebih dahulu perlu diperhatikan keadaan giginya, posisi gigi yang berdesakan dan posisi gigi secara keseluruhan.

Pencabutan gigi dapat dilakukan bila ukuran lengkung basal kurang sempurna dan susunan gigi yang baik tidak mungkin didapatkan tanpa mengakibatkan timbulnya relaps karena adanya daya dari dalam tulang rahang setelah perawatan ortodonti selesai. Pencabutan gigi juga dapat dilakukan untuk mengurangi kemiringan dentoalveolar dan untuk memperbaiki profil wajah.

Pembahasan

Masalah utama yang masih perlu dicari jawaban ialah pencabutan molar ketiga bawah untuk mencegah gigi berdesakan terutama di daerah anterior rahang bawah. Terdapat suatu kecenderungan yang kuat pada masyarakat modern akan terjadinya suatu keadaan gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah akhir masa pertumbuhan.

Dugaan bahwa gigi molar ketiga bawah menyebabkan terjadinya gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah mendapat banyak perhatian dari para ahli ortodonti dan menjadi bahan pertentangan dan spekulasi pada beberapa literatur. Beberapa hasil penelitian para ahli dan menunjukkan adanya pendapat, baik yang mendukung atau menolak dugaan tersebut.

Moore menerangkan tentang perbedaan pertumbuhan dari daerah pertumbuhan muka, seandainya pertumbuhan kondilus masih berlanjut terus setelah pertumbuhan tulang tuberositas maksilaris berhenti, maka dapat terjadi perubahan hubungan anteroposterior antara rahang bawah dan rahang atas. Pertumbuhan ke depan dari kondilus ini akan menggerakkan gigi rahang bawah maju ke depan, sedangkan pada saat itu rahang bawah masih beroklusi dengan rahang atas. Susunan rahang atas melalui tegangan otot diperkirakan menahan gigi anterior rahang bawah yang bergerak ke depan dan menghasilkan berdesakannya gigi insisif rahang bawah.

Keadaan gigi berdesakan pada akhir masa pertumbuhan dapat terjadi pada individu yang pada mulanya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan keadaan ini akan bertambah parah jika sejak awal usia pertumbuhan keadaan giginya telah berdesakan. Banyak literatur menyebutkan bahwa masalah ini berhubungan dengan erupsi gigi molar ketiga.

Funder menemukan bahwa pada individu yang mempunyai gigi molar ketiga bawah lengkap, posisi gigi molar pertama tetap rahang bawah lebih ke depan dan gigi-gigi insisif rahang bawah mempunyai inklinasi lebih labioversi dibandingkan dengan individu yang gigi molar ketiganya agenisi. Laskin mewawancarai lebih dari 600 ahli ortodonti dan 700 ahli bedah mulut, dan menemukan bahwa 65% mempunyai pendapat bahwa pada suatu waktu akan menyebabkan berdesaknya gigi anterior rahang bawah, tetapi sekarang tidak ada kebulatan pendapat tentang pengaruh yang mungkin dari gigi molar ketiga terhadap kestabilan rahang bawah.

Broadbent membuktikan bahwa gigi molar ketiga bawah dan gigi insisif bawah keduanya saling memperngaruhi terhadap timbulnya kelainan pada tulang wajah untuk mencapai ukuran dan proporsi yang sesuai pada usia dewasa. Cryer menyebutkan bahwa keadaan gigi molar ketiga bawah yang impaksi dan gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah merupakan tanda-tanda pemendekan ukuran rahang. Keadaan ini merupakan masalah yang cukup serius dan sangat sering dijumpai pada masyarakat modern.

Vego melakukan pengujian terhadap 40 pasien yang mempunyai gigi molar ketiga bawah dan 25 pasien tidak mempunyai gogo tersebut dan semua pasien tidak mengalami perawatan ortodonti, setiap lengkung gigi pasien diukur dalam dua interval waktu. Pertama pada saat setelah erupsi gigi molar kedua, pada usia rata-rata 13 tahun dan kedua pada usia rata-rata 19 tahun. Dalam hal ini gigi berdesakan dibatasi sebagai kehilangan dari perimeter rahang, dari model pertama ke model kedua, yang akan memperlihatkan penambahan rotasi dan susunan gigi yang tidak baik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengurangan dari perimeter rahang kurang terlihat menonjol pada orang tanpa gigi molar ketiga. Dia berkesimpulan bahwa erupsi gigi molar ketiga bawah dapat memberikan tekanan pada gigi terdekat dan menunjukkan bahwa banyak faktor yang terlibat dalam berdesakannya gigi pada lengkung rahang.

Vego menyatakan bahwa pada waktu gigi molar ketiga erupsi, dapat timbul suatu daya tekan pada bagian proksimal gigi di depannya. Gooris berpendapat bahwa daya tekan gigi molar ketiga akan menyebabkan pergeseran gigi di depannya ke arah anterior dan akan memperparah gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah.

Penelitian yang memperlihatkan mekanisme terjadinya penekanan oleh gigi posterior pada penambahan berdesakannya gigi anterior rahang bawah, dikemukakan oleh Richardson. Penelitian ini menemukan terjadinya pengurangan gigi berdesakan di daerah posterior diikuti dengan penambahan berdesakannya gigi di daerah anterior. Disimpulkan bahwa ruangan yang didapat untuk penambahan ruang di regio molar didapat dalam batas tertentu, dengan berdesakannya gigi yang jauh ke depan dari lengkung rahang.

Schwartze membandingkan perubahan posisi gigi molar pada 56 pasien yang benih gigi molar ketiganya telah dicabut dengan 49 pasien yang gigi molar ketiganya berkembang sempurna. Hasil penelitiannya menemukan masalah gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah terjadi lebih banyak pada kasus pasien dengan gigi molar ketiga yang lengkap. Hal ini diperkirakan karena adanya daya tekan yang ditimbulkan oleh gigi molar ketiga ke arah sagital, sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran gigi molar kedua dan pertama ke depan.

Pergerakan tegak lurus gigi insisif rahang atas dan rahang bawah akan mengakibatkan pengurangan ke dalam dan lebar lengkung rahang. Bila pada proses ini ada tahanan dari gigi di posterior maka dapat timbul keadaan gigi berdesakan di daerah anterior.

Banyak bukti yang memberikan dukungan terhadap teori yang menyatakan bahwa timbulnya masalah gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah pada akhir masa pertumbuhan, disebabkan oleh adanya tekanan dari arah belakang lengkung rahang. Tekanan ini dihasilkan oleh proses perkembangan gigi molar ketiga bawah, pergerakan fisiologis gigi posterior ke arah mesial atau karena tekanan yang diperoleh dari daya oklusi pada gigi yang berinklinasi ke arah mesial.

Pertumbuhan rahang bawah yang masih terus berlanjut setelah pertumbuhan tuberositas maksilaris berhenti mengakibatkan terjadinya perubahan hubungan anteroposterior antara rahang atas dan rahang bawah. Gerakan pertumbuhan rahang bawah ke arah depan juga diikuti oleh gigi di rahang bawah, tetapi pergerakan ini akan dihambat oleh gigi anterior rahang atas beserta ototnya sehingga gigi insisif rahang bawah bergeser ke arah distal. Pencabutan gigi molar ketiga bawah dapat memberi tempat di bagian distal untuk gigi di depannya selama proses pertumbuhan.

Bergstorm and Jensen mempelajari 50 sampel kasus pasien dengan agensi satu sisi gigi molar ketiga rahang bawah. Hasil penelitian mereka ternyata ditemukan banyak kasus gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah terjadi pada sisi yang gigi molar ketiga tidak agenisi. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Sheneman terhadap 49 pasien pasca perawatan ortodonti selama 66 bulan, menemukan bahwa pada pasien dengan gigi molar ketiga yang hilang secara kongenital, susunan giginya dalam lengkung rahang lebih stabil dibandingkan dengan pasien yang mempunyai gigi molar ketiga. Termasuk ke dalam sampel ini, sebanyak 7 pasien dengan gigi molar ketiga yang dapat beroklusi baik pada kedua sisinya, 31 pasien dengan kasus impaksi gigi molar ketiga pada kedua sisi rahang.

Hasil pengamatan Lindqvist and Thinlander menemukan sebanyak 70% dari subjek yang diteliti, menunjukkan perubahan panjang lengkung rahang pada sisi pencabutan dan sisi kontrol selama periode observasi. Lima subjek menunjukkan perubahan yang berarti setelah dilakukanpengamatan yang lebih lama. Pencabutan gigi molar ketiga bawah terlihat mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan panjang lengkung rahang pada sebagian besar subjek yang diteliti. Timbulnya perbedaan perubahan panjang lengkung rahang pada sisi pencabutan dan sisi kontrol, mungkin dipengaruhi oleh ada atau tidaknya gigi molar ketiga.

Sheneman menyebutkan bahwa pencabutan gigi molar ketiga bawah pada pasien yang dirawat ortodonti karena kasus gigi berdesakan akan memberikan hasil yang lebih stabil dibandingkan dengan pasien yang mempunyai gigi molar ketiga lengkap. Vego mengatakan bahwa pada individu yang mempunyai gigi molar ketiga lengkap terdapat pengurangan perimeter lengkung gigi sebesar 40,8 mm dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai gigi molar ketiga.

Woodside menolak konsep mengenai perkembangan gigi molar ketiga memberikan tekanan pada lengkung gigi, tetapi menerima konsep pencabutan awal dari molar ketiga mengakibatkan pergerakan ke distal dari gigi molar yang lain.

Peneliti lain mengemukakan bahwa peran gigi molar ketiga bawah terhadap timbulnya masalah gigi berdesakan di daerah anterior rahang bawah hanya sedikit sekali. Kalaupun ada, hal itu berhubungan dengan perubahan lengkung gigi dalam waktu yang lama. Shanley and Lundstrom juga tidak menemukan perbedaan yang berarti antara gigi molar ketiga yang impaksi, erupsi atau hilang secara kongenital terhadap timbulnya masalah gigi berdesakan.

Kaplan melakukan suatu pengamatan terhadap timbulnya masalah gigi berdesakan pasca retensi pada kelompok pasien yang telah selesai dirawat ortodonti. Penelitiannya pada 75 orang pasien yang diteliti modelnya pada saat sebelum perawatan, sesudah perawatan dan 10 tahun pasca retensi serta gambaran sefalogram lateralnya. Dia menemukan adanya kecenderungan terjadinya relaps pada sejumlah besar pasien tetapi tidak ditemukan adanya perbedaan yang berarti antara kelompok pasien yang gigi molar ketiganya erupsi, impaksi atau agenisi. Dia menyimpulkan bahwa adanya adanya gigi molar ketiga tidak menghasilkan derajat yang tinggi dari berdesakannya gigi anterior rahang bawah dan atau relaps rotasional setelah penghentian retensi. Dia menekankan bahwa perubahan posisi gigi dan dimensi lengkung rahang tidak dipengaruhi oleh gigi molar ketiga. Dia berpendapat bahwa teori gigi molar ketiga memberikan tekanan pada gigi di sebelah mesialnya adalah tidak berdasar, tetapi Schulhof mengatakan pengaruh gigi molar ketiga terhadap perubahan dimensi lengkung rahang dan posisi gigi dapat terlihat bila dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan perhitungan statistik yang berbeda.

Suatu pengamatan yang dilakukan oleh Stemm terhadap 29 orang pasien yang berusia antara 14-20 tahun dan belum perah dirawat ortodonti, menemukan bahwa ada atau tidaknya gigi molar ketiga bawah tidak berpengaruh perubahan lebar dan panjang lengkung rahang atau pergerakan gigi.

Kesepakatan pendapat atau kesimpulan penelitian mengenai peran gigi molar ketiga bawah terhadap kestabilan gigi insisif rahang bawah hingga saat ini masih belum ada. Beberapa literatur menyebutkan pentingnya dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang peranan molar ketiga bawah terhadap kestabilan gigi insisif rahang bawah dengan melakukan pengujian terhadap sampel yang lebih besar.

Berdasarkan beberapa literatur yang penulis baca masih banyak terdapat perbedaan pendapat mengenai pengaruh pencabutan gigi molar ketiga untuk mencegah terjadinya gigi berdesakan di anterior rahang bawah. Apabila lebih banyak lagi literatur yang dibaca mungkin akan ditemukan kebulatan pendapat mengenai hal tersebut.

Hingga saat ini masih belum ada kesepakatan pendapat atau kesimpulan penelitian mengenai peran gigi molar ketiga bawah terhadap kestabilan gigi insisif rahang bawah oelh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai masalah tersebut.

Kesehatan GIGI dan GUSI




Kesehatan GIGI dan GUSI,pentingkah untuk diperhatikan??
Dari teori focal infeksi yang banyak mendapat perhatian selama abad 19 dan awal abad 20. Teori ini menyebutkan bahwa infeksi di rongga mulut bertanggungjawab atas inisiasi dan progresi berbagai penyakit inflamasi seperti radang sendi, tukak lambung, dan radang usus buntu.

Kemajuan dalam klasifikasi dan identifikasi kuman bakteri rongga mulut dan bidang imunologi, semakin meyakinkan adanya peran penting infeksi gigi terhadap berbagai penyakit sistemik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru, penyakit gula, stroke, kanker, dsb. Juga menjadi semakin jelas bahwa gigi dan rongga mulut dapat menjadi tempat asal bagi desiminasi mikroorganisme penyebab penyakit ke bagian tubuh lain.

Sejumlah studi epidemiologis mengusulkan bahwa infeksi rongga mulut, khususnya radang gusi (gingivitis) dan jaringan pendukung gigi(periodontitis) merupakan suatu faktor risiko bagi penyakit sistemik.

Jumlah bakteri di rongga mulut mencapai ratusan juta. Xiajing Li dkk (2000) mencatat lebih dari 1011 bakteri dalam setiap miligram plak gigi. Plak adalah semacam lendir yang senantiasa menempel pada permukaan gigi. Memang tidak semua bakteri rongga mulut membahayakan. Sebagian besar justru dibutuhkan sebagai flora normal mulut. Bakteri yang potensial menimbulkan penyakit gigi, dan banyak pula dijumpai pada penyakit sistemik yaitu golongan bakteri anaerob gram negatif. Antara lain, P. Gingivalis, B. Intermedius, dan A. Actinomycetemcommitans. Bakteri-bakteri ini dominan pada radang gusi dan radang sekitar ujung akar gigi sampai terjadi bengkak bernanah abses) seperti dialami almarhum Leysus.

Penyebaran Lewat Darah

Bakteri rongga mulut dapat menyebar melalui aliran darah, disebut bakteriemia. Yang menyebar bisa bakteri itu sendiri maupun racun yang dihasilkannya (endotoxin/exotoxin).

Beberapa penelitian mengenai bakteriemia ini layak disimak. Bakteriemia diamati pada 100% pasien setelah cabut gigi, 70% setelah pembersihan karang gigi, pada 55% setelah pembedahan gigi geraham bungsu, 20% setelah perawatan akar gigi, dan 55% setelah operasi amandel.

Penelitian melibatkan 735 anak-anak yang menjalani perawatan gigi busuk, menemukan 9% anak-anak mengalami bakteriemia. Penelitian lain menunjukkan penyebaran bakteri setelah perawatan akar gigi. Dan, kurang dari 1 menit setelah prosedur rongga mulut, kuman dari gigi yang terinfeksi telah mencapai jantung, paru, dan sistem kapiler darah tepi.

Pada kondisi kesehatan mulut normal, hanya sejumlah kecil bakteri fakultatif dan tidak membahayakan masuk ke dalam aliran darah. Namun, pada kondisi kebersihan mulut jelek, jumlah bakteri pada permukaan gigi meningkat 2-10 kali lipat. Sehingga peluang terjadinya bakteriemia juga lebih besar. Kecuali lewat bakteriemia, adanya rangkaian reaksi imunologis yang dipicu oleh infeksi di rongga mulut, merupakan penjelasan lain mengapa problem gigi dapat merambat ke penyakit-penyakit serius sampai berujung kematian seperti almarhum Leysus.

Gigi dan gusi sebetulnya tidak melekat erat, melainkan ada celah sekitar 2 mm disebut kantung gusi (sulcus gingiva). Daerah inilah yang paling rentan terjadi infeksi bakteri dan peradangan, sehingga timbul penyakit periodontal. Tanda-tandanya: gusi memerah, bengkak, mudah berdarah, mungkin disertai kegoyahan gigi.

Grossi dan Genco (199 mengemukakan 17 macam penyakit sistemik yang berhubungan langsung dengan penyakit periodontal, termasuk penyakit gula, jantung, kanker dan stroke. Beberapa penelitian retrospektif membuktikan, pasien penyakit jantung, stroke, DM, umumnya kebersihan mulutnya lebih jelek dibanding pasien normal. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa gigi dan mulut bisa menjadi pemicu dan memperparah berbagai penyakit sistemik.

Menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting bukan saja untuk mencegah penyakit oral, melainkan juga untuk memelihara kesehatan umum yang baik. Kematian pelawak kondang Leysus, hendaknya menjadi cermin bagi kita semua supaya lebih care dalam 'menjaga mulut' dan seisinya.

Ciuman


Apakah ciuman berbahaya? temukan jawabannya disini 
Hasil Riset terkini....

Ciuman membantu menurunkan berat badan.

Ciuman panjang membuat metabolisme membakar gula lebih cepat dari biasanya" kata Claire Potter, konsultan kebugaran majalah Cosmopolitan.
Perhitungan lebih detailnya : ciuman yang biasa-biasa saja membakar 9 kalori. Itu berarti Anda membutuhkan 389 kali ciuman untuk menurunkan bobot tubuh setengah kilo.


Ciuman tak akan menularkan virus flu.

Mulut kita mengandung zat pertahanan alamiah, seperti antibodi dan enzim-enzim. Hal itu membuat sulit bagi virus influenza bertahan dan membangun kerajaannya di dalam rongga mulut. Rhinovirus, kuman penyebab (sebagian besar) flu, lebih senang berdiam di tangan dan didalamhidung,kata Gary Munk, PhD,direktur departemen virology klinis di Hackensack University Medical Center di New Jersey. Jadi kecuali jika anda menggosok-gosok hidung saat berciuman atau berpegangan tangan,lantas menyeka hidung, aman saja berciuman saat Anda atau si dia sedang flu.


Ciuman membantu mencegah kerusakan gigi.

Setelah makan, mulut kita penuh dengan larutan gula dan saliva yang mengandung asam, yang menyebabkan terbentuknya plak gigi. Ciuman bisa jadi proses pembersihan yang alamish, kata Dr. PeterG orden, Dental Advisor pada British Dental Association. "Ciuman mendorong saliva mengalir dan menurunkan plak ketingkat normal," lanjutnya.



Ciuman memperlambat proses penuaan pada wajah.

"Aktivitas ciuman membuat otot pipi bergerak. Dengan latihan semacam ini pipi tidak mudah kendur," kata Potter.


Ciuman meningkatkan kebugaran.

Karena pada saat berciuman, jantung kita terpompa dan nadi terpacu."Jika ciuman terasa menyenangkan, kita melepas adrenalin ke dalam aliran darah,jantungpun memompa lebih banyak darah ke seluruh tubuh," kata Dr.Susan Hotchkies.


Ciuman dapat menurunkan ketegangan syaraf.

Menurut konsultan stress, Michelle Kay Mcnabb, ciuman dapat menurunkan ketegangan syaraf. Ciuman yang penuh gairah termasuk salah satu teknik relaksasi yang ampuh. "Saat mulut kita berada pada posisi berciuman,
hampir dipastikan saat itu kita tengah tersenyum. Karena emosi dan bahasa tubuh kita berkaitan sangat erat, hampir tidak mungkin bila pada saat bersamaan di bibir tersungging senyum, tapi di dalam hati tengah berkecamuk emosi tinggi, terangnya."Lagipula, saat berciuman tarikan nafas menjadi lebih dalam dan mata terpejam. Inilah yang kita lakukan saat relaksasi : menarik nafas panjang dan memejamkan mata.Sejenak kita keluar dari ketegangan, " jelas Mcnabb lagi.


Ciuman membangkitkan rasa penghargaan terhadap diri sendiri.

"Saat berciuman, pastinya kita bahagia. Dan saat bahagia, kita merasakan hal-hal yang baik tentang diri sendiri,"ujar psikoterapis Paul Zeal.

Tanaman Berkhasiat Untuk Kesehatan Gigi

Banyak tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan gigi. Rasa yang khas dari dari cengkih misalnya, membuat tanaman ini sering dimanfaatkan. Selain

cengkih, ada sejumlah tanaman lain yang memiliki khasiat serupa. 

Cengkih memiliki sifat antiseptica (antikuman), carminativa (peluruh angin), rubefaciencia (memanaskan kulit), antispasmodica (menghilangkan kejang), dan analgesik (pati rasa). Karenanya tanaman ini bisa digunakan
untuk obat sakit gigi. Selain juga bisa untuk nyeri haid, rematik/pegal linu, masuk angin/mual, suara parau (serak), dan selesma.

Demikian pula dengan sirih. Tanaman yang berasal dari India, Sri Lanka, dan Malaysia ini telah dikenal sejak tahun 600 SM. Pada daunnya yang
berbentuk bulat telur melebar, elips melonjong, atau bulat telur melonjong dengan pangkal berbentuk seperti jantung dan ujung meruncing
pendek ini, terkandung minyak atsiri yang dapat menguap. Di antaranya yang terbesar chavicol dan betlephenol. Aroma khas dari daun dan minyak
sirih itu karena kandungan chavicol tadi. Senyawa ini memiliki daya antiseptik yang kuat dan daya bunuh bakterinya bisa sampai lima kali
lipat dari fenol biasa.

Daun berukuran panjang 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm ini juga mengandung allylrocatechol, cineole, caryophyllene, menthone, eugenol, dan methyl ether. Bahkan, ia berisikan vitamin C dan alkaloid arakene yang khasiatnya sama dengan kokain.

Beberapa tulisan ilmiah juga menyebutkan, daun sirih mengandung enzim diastase, gula, dan tanin. Namun, daun muda mengandung diastase, gula,
dan minyak atsiri lebih banyak ketimbang yang tua, sedangkan tanin relatif sama.

Senyawa yang membuat daun sirih mampu meredam seriawan memang belum
terlacak. Yang pasti, dalam beberapa buku kuno India dan Yunani, seperti dikutip Darwis S.N., disebutkan daun yang merupakan bahan utama
menginang ini memiliki sifat styptic (menahan perdarahan), vulnerary (menyembuhkan
luka kulit), stomachic (obat saluran pencernaan), menguatkan gigi, dan membersihkan tenggorokan.

Berikut ini beberapa ramuan lain pereda gangguan gigi yang dihimpun dari berbagai sumber:


A. Kunyit

Ramuan 1
Siapkan kunyit satu rimpang dan minyak kayu putih secukupnya. Setelah
kunyit dicuci bersih, lalu kupas. Rendam sebentar dalam minyak kayu
putih, kemudian tempelkan dalam gigi yang berlubang. Lakukan hingga
sakit
mereda.

Ramuan 2
Siapkan kunyit 10 gram, daun dan akar serai masing-masing 50 dan 25 gr,
garam dapur secukupnya. Setelah semua bahan dicuci bersih dan kunyit
dipotong-potong, rebus dengan setengah liter air. Biarkan hingga air
menjadi satu gelas. Minum untuk tiga kali sehari.

Ramuan 3
Siapkan kunyit 10 gram, daun meniran 50 gram, buah pinang setengah biji,
garam dapur secukupnya. Setelah semua bahan kecuali garam dicuci, tumbuk
hingga halus. Jangan lupa garam. Seduh dengan air panas sebanyak satu
gelas, lalu saring. Bila sudah hangat, gunakan untuk kumur. Lakukan tiga
kali sehari.


B. Minyak kelapa

Siapkan minyak kelapa sebanyak satu sendok teh. Rendam sejumput kapas
dalam minyak tersebut, lalu panaskan di atas api selama kurang lebih 2-3
menit. Setelah agak hangat, tempel dengan kapas pada bagian gigi yang
berlubang.


C. Biji Cengkih
Siapkan biji cengkeh sebanyak satu genggam. Setelah disangrai, tumbuk
halus hingga menjadi bubuk. Lalu, taburkan pada gigi yang sakit. Lakukan
hingga sakit mereda.


D. Getah Pohon Kamboja

Siapkan getah pohon kamboja secukupnya, bisa diambil dari tangkai daun.
Teteskan pada gigi yang berlubang atau gusi yang bengkak. Lakukan hati-hati, jangan sampai terkena gigi yang sehat. Harap hati-hati, karena
getah kamboja bisa merusak gigi yang sehat.


E. Biji Asam

Siapkan setengah ons biji asam. Kemudian disangrai (goreng tanpa minyak) sampai hangus. Setelah hangus, tumbuk halus menjadi bubuk. Gosokkan bubuk tersebut pada bagian gigi yang hitam atau kuning. Lakukan hingga terjadi perubahan sesuai keinginan Anda. ***(10/03/'03/ut3)

*S Rahman

anatomi gigi molar pada manusia


Bingung dengan gigi? sebenarnya seperti apa sih gigi dan bagai mana bagian-bagian dari gigi 
Bagian dari gigi molar manusia
Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut dari banyak vertebrata. Mereka memiliki struktur yang bervariasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan banyak tugas. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan dan pada beberapa hewan, terutama karnivora, sebagai senjata. Akar dari gigi tertutup oleh gusi. Gigi memiliki struktur pelindung yang disebut email gigi, yang membantu mencegah lubang di gigi. Pulp dalam gigi menciut dan dentin terdeposit di tempatnya.
Gigi merupakan bagian paling membedakan di jenis mamalia yang berbeda, dan salah satu yang bisa menjadi fosil dengan baik. Paleontologis menggunakannya untuk mengidentifikasi jenis fosil dan seringkali hubungan di antaranya. Bentuk gigi berhubungan dengan jenis makanan hewan tersebut. Misalnya herbivora memiliki banyak gigi geraham untuk mengunyah karena rumput sulit untuk dicerna. Karnivora membutuhkan taring untuk membunuh dan merobek, dan karena daging mudah untuk dicerna, maka mereka dapat menelan makanan tersebut tanpa membutuhkan geraham untuk mengunyah makanan tersebut terlebih dahulu.

Efek aspirin pada anak


Aspirin yang dikenal sebagai obat pereda nyeri (analgesik), anti-inflamasi (antiperadangan), dan penurun demam (antipiretik) tidak dianjurkan untuk anak-anak. Obat itu menimbulkan sindrom Reye. 

Hal itu dikatakan dokter spesialis anak dari RSCM, dr Hindra Irawan Satari SpA, dan dari Rumah Sakit Sumber Waras, dr Tatang Kustimansamsi SpA, kepada Pembaruan di Jakarta, Rabu (28/8). 

Menurut Hindra, para dokter kini tidak meresepkan aspirin (salisilat) untuk menurunkan demam pada anak-anak. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) beberapa waktu lalu merekomendasikan agar aspirin, juga berbagai produk yang mengandung aspirin (asetilsalisilat, asetilsalisilik, asam salisilik), tidak diberikan kepada anak berusia kurang dari 19 tahun. 

Aspirin, kata Tatang, bisa merusak fungsi hati (liver) sehingga menimbulkan sindrom Reye. Untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam pada anak-anak, saat ini dianjurkan parasetamol (asetaminofen) karena efek sampingnya rendah dan harganya terjangkau. 

"Zaman dahulu, aspirin banyak digunakan dan dianggap sebagai obat yang cukup ampuh, tetapi kemudian dilaporkan kejadian sindrom Reye karena aspirin. Parasetamol saat ini menjadi pilihan utama, namun dosisnya juga harus diperhatikan," kata Hindra. 

Sindrom Reye 

Tatang menyebutkan, sindrom Reye tidak hanya terjadi pada anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Sindrom itu disebabkan oleh aspirin dan berbagai virus, seperti virus influenza, virus cacar air, maupun virus yang menyebabkan diare. 

Organ tubuh yang banyak diserang virus adalah liver dan otak dengan gejala demam tinggi, kejang, tidak sadar, dan diare. 

Jika ada orang yang demam, kejang, atau diare secara bergantian sehari sampai dua hari, sebaiknya memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan untuk memastikan apakah mengidap sindrom Reye atau hanya demam biasa. Itu bisa diketahui melalui pemeriksaan darah dan biopsi liver. 

Pemeriksaan darah secara umum dan fungsi hati tidak sulit dilakukan di Indonesia. Tetapi, pemeriksaan kadar amoniak (NH3) sulit dilakukan karena peralatan yang terbatas. Kadar amoniak yang tinggi di dalam darah membuat seseorang kejang. Sedangkan biopsi liver untuk memastikan sindrom Reye dilakukan bekerja sama dengan pihak Singapura. 

"Setiap tahun, ada kasus sindrom Reye meskipun kejadiannya tidak tinggi. Sindrom Reye, jika diobati, bisa sembuh total. Tetapi ada yang sembuh, namun karena otak sudah rusak, lalu timbul kecacatan, misalnya sulit bicara. Yang perlu diketahui, tidak setiap cacar atau influenza menimbulkan sindrom Reye," ujarnya. 

Parasetamol 

Sementara itu, ahli biokimia dari Universitas Nasional, Dr Ernawati Sinaga Apt, menuturkan beberapa obat untuk anak-anak masih mengandung salisilat. 

Aspirin bersifat mengencerkan darah sehingga orang yang mengalami masalah pada saluran cerna (maag) tidak dianjurkan meminumnya, kecuali jika dalam bentuk mikrogranulasi. Aspirin dibalut sehingga tidak pecah di lambung dan diserap di usus. 

Menurut Sinaga, karena sifatnya mengencerkan darah, aspirin banyak digunakan sebagai obat penyakit jantung koroner dan penyakit rematik. 

Demikian juga dengan parasetamol, dipakai untuk terapi rematik. Pemakaian aspirin sebagai obat rematik, ujar Tatang, perlu diawasi. Sedangkan parasetamol tidak dianjurkan bagi orang yang mengalami gangguan fungsi liver. 

Selain aspirin dan parasetamol, ibuprofen (obat antiradang bersifat nonsteroid) juga dipakai pada anak-anak untuk menurunkan demam dan pereda nyeri. 

Untuk anak-anak, dosis parasetamol berkisar 10-15 miligram/kilogram berat badan. Meminum sekaligus lebih dari sepuluh kali dosis yang dianjurkan bisa meracuni (merusak) hati. 

Parasetamol dapat diberikan secara oral, rektal (dubur), dan pre-obat parenteral (melalui pembuluh darah) yang kerap digunakan pascaoperasi. 

Jika diberikan secara oral (tablet dan cairan), obat itu diserap cepat di usus halus dengan bioavailabilitas berkisar 85 sampai 98 persen. 

Dengan waktu paro tiga sampai empat jam, akumulasi tidak terjadi pada dosis yang dianjurkan.

Oleh karena itu penggunaan aspirin sangat tidak dianjurkan terhadap anak-an

ANTIBIOTIK SEBABKAN KELAHIRAN PREMATUR


Taukah anda para wanita hamil sebaiknya tidak boleh terlalu sering mengkonsumsi obat-obatan untuk mengobati penyakit atau infeksi yang biasa terjadi di saat kehamilan, karena sebuah penelitian baru menemukan bahwa hal itu bisa menyebabkan peningkatan risiko kelahiran prematur. 
Dalam penelitian itu, para wanita hamil yang mengkonsumsi antibiotik metronidazole, untuk mengobati infeksi vagina (asymptomatic vaginal trichomoniasis), ternyata memiliki kemungkinan dua kali lipat untuk melahirkan bayi secara prematur, dibandingkan para wanita yang menerima plasebo. 
Para peneliti menemukan bahwa 19% wanita yang menerima obat-obatan itu melahirkan bayi sebelum 37 minggu, sedangkan hanya 11% wanita yang mengkonsumsi plasebo yang melahirkan secara prematur. Sementara kehamilan penuh adalah 40 minggu, namun persalinan mulai dari 38 hingga 42 minggu masih terhitung aman. 
"Pengobatan bagi para wanita hamil yang mengidap asymptomatic trichomoniasis meningkatkan risiko kelahiran prematur, ungkap Klebanoff dan rekan-rekan. Oleh karena itu pemeriksaan dan pengobatan atas kondisi ini sebaiknya tidak direkomendasikan bagi para wanita hamil.
Pemeriksaan dan pengobatan infeksi memang dianjurkan selama masa kehamilan. Meski demikian, para peneliti merasa terkejut saat menemukan bahwa meskipun obat-obatan itu bisa menyembuhkan infeksi, namun ternyata masih tetap meningkatkan risiko seorang wanita untuk melahirkan secara prematur. Klebanoff merekomendasikan bahwa para wanita yang didiagnosa mengidap trichomoniasis selama kunjungan pra-persalinan dianjurkan untuk menunda pengobatan hingga saat hampir melahirkan atau seusai persalinan. 
Jika gejala-gejalanya semakin bertambah, atau jika wanita merasa tidak nyaman membiarkan penyakitnya begitu saja tanpa diobati, maka pengobatan bisa diberikan asal diawasi secara ketat oleh dokter. 
Penelitian ini dipublikasikan di New England Journal of Medicine.

Tips Menggosok Gigi yang Benar





Menggosok gigi secara benar dan teratur dua kali sehari dapat mengurangi resiko terjadinya kerusakan gigi.

Gosoklah seluruh permukaan gigi yang menghadap ke pipi dan lidah. Pastikan seluruh permukaan telah tergosok. Untuk gigi atas gerakan sikat dari atas ke bawah dan sebaliknya untuk gigi bawah gerakan sikat dari bawah ke atas. . 
Gosoklah dengan lembut permukaan gusi dan lidah, Posisi sikat gigi kurang lebih 45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dan gusi sehingga gusi tidak terluka. (dari drg_likatrimulya)